Welcome to my blog Auliya Alivia

Sabtu, 12 Maret 2011

cinta dan persahabatan

Semoga Kalian SUka dengan Cerpenku Hari ini.. :)







Happy Readingg..............







>>>>>. Cekiiidootttttttttt











Acara televisi sore ini tak satupun membuat aku tertarik. Kalau sudah begini aku bingung entah apa yang harus aku lakukan. Rio bersama agni kekasihnya, sahabatku Cakka entah kemana? Mall, bioskop atau pun perpustakaan, bukan tempat yang aku suka, apalagi mesti pergi sendirian. hhmmm…Pantai…



Ya pantai. kayaknya hanya pantailah, tempat yang mampu membuat aku merasa damai dan tak aneh jika aku pergi sendirian.



Kuambil jaket, lalu kusamber kunci dan pergi menuju garasi. Kukendarai mobil mama yang nganggur di sana. Papa dan mama lagi keluar kota, jadi aku bisa keluar dan mengendari mobilnya dengan leluasa.



Terik panas masih menyengat, walaupun waktu sudah menjelang sore. Namun tak membuat manusia-manusia di Ibukota berhenti beraktivitas meskipun di bawah terik matahari yang mampu membakar kulit. Jalan-jalan macet seperti biasanya. Dipenuhi mobil dari merek ternama ataupun yang sudah tak layak dikendarai.



Lalu di depan kulihat pemandangan lain lagi. Pedagang kaki lima duduk lesu menunggu pelangannya. Krisis yang melanda membuat banyak orang hati-hati melakukan pengeluaran, bahkan untuk membeli jajan pasar.Walaupun tak seorang yang menghampirinya, namun dia tetap semangat menyapa orang-orang yang lewat dan akhirnya ada juga satu pembeli yang menuju arahnya.



Sekilas kulihat orang itu kok mirip sekali dengan Cakka Kugosok-gosok mataku, menyakinkan pandanganku. Kutepikan mobilku, lalu aku berhenti di tepi jalan itu. Dengan setengah berlari, aku mengejar sosok itu.



Ah… kendaraan sore ini banyak sekali, sehingga membuat aku kesulitan untuk menyeberang jalan ini. Tapi akhirnya terkejar juga, dengan nafas tersengal-sengal, kujamah bahunya..







“Cakk !!” seruku tiba-tiba, sehingga membuatnya terkejut.



“kamu siapa?” tanya Cakka pura-pura tak mengenalku.



“Cakk. Sekalipun kamu jadi gembel , aku akan tetap menggenalmu.” jelasku mendenggus kesal.



“Sudahlah, Shilla, jangan membuat aku terluka lagi.” tukasnya begitu sinis seraya beranjak pergi.



“Cakk..Cakk, knapa kamu tak pernah mau mendengarkan penjelasanku!” teriakku sekeras-kerasnya. Namun bayangan Cakka semakin menjauh dan akhirnya tak kelihatan.







***



Cakka, Rio dan aku adalah sahabat karib dari kecil. Setelah tumbuh besar, aku tetap mengganggap Cakka adalah sahabat terbaikku, tapi Cakka punya rasa berbeda dari persahabatan kami. Yang aku cintai adalah Rio. Ini yang membuat Cakka menjauhiku. Tapi yang Rio cintai bukan aku, tapi Agni, teman sekelasnya.







Cinta, sulit di tebak kapan dan di mana berlabuh!







Banyak orang tak bisa terima, jika cintanya ditolak, tapi bukankah cinta tak mungkin dipaksa?



Tak mendapatkan cinta Rio, tak membuatku menjauh darinya, tapi aku akan tetap menjadi sahabat baiknya. Walaupun ada sedikit rasa tidak puas, kadang rasa cemburu menganggu hati kecilku, saat kutahu untuk pertama kali, orang yang Rio cintai adalah orang lain.



Aku harus bisa menerima keputusannya , walaupun terasa berat . Bukankah, kebahagian kita adalah melihat orang yang kita cintai hidup berbahagia, baik bersama kita atau tidak?



Tapi tidak dengan Cakka, dia lebih memilih, meninggalkanku, mengakhiri persahabatan manis kami. Pergi dan aku tak pernah tahu kabarnya. Tapi apapun yang terjadi, aku akan selalu berharap suatu saat kami akan dipertemukan lagi.



Karena bagiku, cinta dan persahabatan adalah dua ikatan yang sama. Ikatan yang tak satupun membuat aku bisa memilih satu diantaranya.







***



Sudah seminggu, setiap hari, aku datang kepersimpangan ini. Berharap bisa melihat sosok Cakka lewat disekitar sini lagi. Tapi, Cakka hilang bagai ditelan bumi. Aku hampir putus asa.



Aku sudah capek menunggu, akhirnya aku bangun dan ingin beranjak pergi. Knapa tiba-tiba, indera keenamku, memberiku insting, kalau Cakka ada di sekitarku.



Kubalikan kepala, kulihat sosok Cakka setengah berlari menyeberang jalan di belakang posisiku. Aku berlari menggejar sosok itu. Kuikuti dia dari belakang. Aku pingin tahu dimana dia berada sekarang.



Akhirnya kulihat Cakka, masuk ke sebuah gang kecil, kuikuti terus , sampai akhirnya dia masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana.











“Knapa Cakka lebih memilih hidup disini, daripada di rumah megah orangtuanya ?”



”Knapa dia, tinggalkan kehidupannya, yang didambakan banyak orang?”



”Knapa semua ini dia lakukan?”



“Knapa?”



Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalaku.



Setelah dia masuk kurang lebih 10 menit, aku masih berdiri terpaku dalam lamunanku, dengan pertanyaan-pertanyan yang jawabanya ada pada Cakka. Aku dikejutkan suara seekor anak anjing jalanan, yang tiba-tiba menggonggong.







Aku memberanikan diri memencet bel di depan rumahnya itu.



“Siapa?” terdengar suara dari balik pintu.



Aku diam, tak memberi jawaban. Setelah beberapa saat aku lihat Cakka pelan-pelan membuka pintu. Nampak keterkejutannya saat melihatku, berada di depannya.



“Cakk…boleh aku masuk?” tanyaku hati-hati.



“Maukah kamu memberikan sahabatmu ini, segelas air putih.” ujarku lagi.







Tanpa bicara, Cakka mengisyaratkan tangannya mempersilahkan aku masuk. Aku masuk keruangan tamu. Aku terpana, kulihat rumah yang tertata rapi. Rumah kecil dan sederhana ini ditatanya begitu rapi, begitu nyaman. Kulihat serangkai bunga matahari plastik terpajang di sudut ruangan itu.



“Cakka, kamu tak pernah lupa, aku adalah penggagum bunga -bunga matahari.” gumanku.



Dan sebuah akuarium yang di penuhi ikan berwarna-warni, rumput-rumput dari plastik dan karang-karang di dalamnya. Cakka tahu betul aku penggagum keindahan pantai dan laut. Walaupun hal-hal ini dulunya, setahuku, kamu tak menyukainya. Kulihat juga banyak foto persahabatan kami yang di bingkainya dalam bingkai kayu yang sangat indah, terpajang di dinding ruang tamu ini.



Bulir-bulir air mataku, perlahan-lahan mulai tak mampu aku bendung. Aku benar-benar terharu dengan semua yang Cakka lakukan. Begitu besar cinta Cakka buatku. Kupeluk dia, yang aku sendiri tak tahu, apakah pelukan ini adalah pelukkan seorang sahabat ataupun sudah berubah menjadi pelukan yang berbeda ?



Cakka kaget, namun akhirnya dia membalas pelukanku, dan memelukku lebih erat lagi , seakan-akan ingin menumpahkan segala rindu yang sudah hampir tak terbendung dalam hatinya.



Kami menghabiskan sore ini dengan berbagi cerita, pengalaman kami masing-masing selama perpisahan yang hampir 2 tahun lamanya dan akhirnya Cakka mengajakku makan, ke sebuah restoran kecil yang sering dikunjunginya seorang diri, di dekat rumahnya. Terdengar alunan tembang-tembang romatis , suasana hening, membuat kami terbuai dalam hangatnya suasana malam itu.







***



Sekarang Cakka sudah tahu, Rio sudah bersama Agni. Kami sekarang menjadi 4 sekawan. Agni juga telah menjadi anggota genk kami.



Ternyata setelah aku mengenalnya lebih lama,Agni adalah sosok yang sangat baik hati, menyenangkan, ramah dan peduli dengan sahabat. Ah… menyesal aku tak mengenalinya lebih dalam sejak dulu.







“Cakka,, biarlah semua berjalan apa adanya, mungkin cinta akan pelan-pelan muncul dari hatiku.” ujarku suatu hari, saat Cakka mengungkit masalah ini lagi.



“Oke, aku akan selalu menunggumu. Sampai kapapun. Karena tak akan ada seorangpun yang mampu membuatku jatuh cinta . Hanya kamu yang mampu membuat aku damai, tenang dan bahagia.” jelasnya panjang lebar



Sekarang aku memiliki tiga orang sahabat baik. Tak akan ada lagi hari-hariku yang kulalui dengan kesendirian, kesepian dan kerinduan.



Hampir setiap akhir pekan, kami menghabiskan waktu bersama, ke pantai, ke puncak ataupun hanya sekedar berkaroke di rumah sederhana Cakka. Hidup dengan tali persahabatan yang hangat, membuat hidup semakin berarti dan lebih bahagia.







***



Waktu berjalan begitu cepat. Tiga tahun sudah berlalu. Kebaikan-kebaikan Cakka mampu membuat aku merasa butuh dan suka akan keberadaannya di sampingku. Rasa itu pelan-pelan tumbuh tanpa kusadari dalam hatiku.



Aku jatuh hati padanya setelah melalui banyak peristiwa. Cinta datang, dalam dan dengan kebersamaan.



Apalagi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukannya. Membuat aku merasa, tak akan ada cinta laki-laki lain yang sedalam cinta Cakka.



Sekarang Cakka bukan hanya kekasih yang paling aku cintai tapi juga seorang sahabat sejati dalam hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar